Wayang
Di Kabupaten Gunungkidul berdasarkan cara pertunjukan dan jenis ceritanya terdapat 3 jenis, Wayang kulit, Wayang Orang dan Wayang Beber, satu-satunya kesenian wayang beber terdapat di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo.
Berbeda dengan wayang kulit, wayang beber merupakan sebuah pertunjukan dimana wayangnya hanya berupa lukisan di atas selembar kain yang panjang. Pada kain yang digulung itu digambarkan masing-masing adegan yang dibuka (dibeber) satu persatu sesuai dengan narasi yang dituturkan oleh sang dalang. Hanya ada satu cerita, yaitu Cerita Panji, yang dilukiskan dalam 29 adegan. Durasi pertunjukan sekitar 3 jam. Musik pengiring berupa: Kendang, rebab, kenong dan gong.

Reog
Salah satu atraksi kesenian tradisional Gunungkidul adalah Reog, yang merupakan jenis kesenian rakyat yang bermuara dari cerita Panji dan biasanya dimainkan oleh 10 orang, yang terdiri dari Penthul dan Tembem, prajurit udeng gilig, prajurit kuda kepang, penongsong dan para prajurit, dengan iringan musik kendang/ dhodok, bendhe, kecrek dan angklung.

Campursari
Campursari merupakan suatu musik asli dari Gunungkidul. Musik ini diperkenalkan oleh Manthous (seorang penulis lagu campursari sekaligus penyanyi dari Kecamatan Playen). Musik ini merupakan perpaduan musik tradisional dan modern dengan tangga nada yang berbeda, yaitu penthatonis (karawitan) dan diatonis.
Tayub

Salah satu kesenian tradisional yang menjadi ciri khas Kabupaten Gunungkidul adalah Tayub, yaitu penari wanita (yang biasa disebut ledhek) yang menari sambil diiringi musik gamelan untuk menghibur penonton dengan tarian dan kemudian mengajak penonton untuk ikut menari. Tayub disajikan dalam upacara-upacara adat, sebagai sarana untuk memohon keselamatan, kesuburan, datangnya hujan dan menyampaikan rasa syukur atas karunia Sang Maha Pencipta.
Kethek Ogleng
Merupakan drama tari rakyat yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, yang disajikan setelah masa panen.
Pertunjukan ini tokoh utamanya memang menggambarkan seekor kera (Jawa: kethek, berujud manusia yang identik dengan tokoh Hanoman dalam pewayangan. Tema ceritanya berkisar salah satu fragmen dalam siklus cerita Panji. Penari laki-laki berbusana kera putih yang digambarkan pandai berbicara dan menyanyi, dan tiga penari wanita. Salah satu penari itu berperan sebagai Endang Loro Tompe, yang tak lain merupakan penyamaran dari Dewi Sekartaji dalam upaya mencari suaminya, Panji Seputra.
Rinding Gumbeng

Merupakan seni musik yang menjadi bagian dari sebuah ritual panen. Rinding dipandang mempunyai kekuatan magis untuk mendatangkan sosok imajiner Dewi Sri. Kesenian ini dipercaya lahir jauh sebelum warga Gunungkidul mulai mengenal logam. Seni yang lahir dari kreativitas naluriah, dari paduan rasa yang dijiwai semangat holobis kuntul baris-kebersamaan. Mereka menciptakan alat musik rinding dan gumbeng dari bambu yang banyak tumbuh di sekitar permukiman penduduk. Rinding gumbeng saat ini hanya bisa ditemui di Dusun Duren Desa Beji Kecamatan Ngawen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar