Senin, 21 Maret 2011

Wisata Minat Khusus

Wisata Minat Khusus
Dam Beton dan Bendungan Simo
Dam Beton dan Bendungan Simo merupakan wisata tirta yang cukup menarik. Dam Beton terletak di Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong, sedangkan Bendungan Simo terletak di Desa Genjahan Kecamatan Ponjong. Selain tersedia fasilitas pemancingan dan warung-warung makan lesehan yang menyajikan ikan tawar dengan aneka masakan yang lezat, juga terdapat fasilitas sepeda air (water cycle)..

Rest Area Bunder
Rest Area Bunder merupakan suatu kawasan yang dilengkapi bangunan pendopo dengan fasilitas listrik 3000 watt, mushola, air bersi, MCK, tempat bermain anak-anak. Terletak di Kecamatan Playen tepatnya di pinggir jalan raya Yogyakarta-Wonosari atau 30 km dari Yogyakarta, Rest Area Bunder merupakan tempat yang strategis untuk persinggahan dan peristirahatan sementara (stop over) bagi wisatawan yang akan melakukan kunjungan ke Kabupaten Gunungkidul.

Tempat ini merupakan bagian dari kawasan hutan Bunder dan hutan Wanagama. Di kawasan hutan Bunder, selain terdapat rest area juga ada beberapa obyek menarik antara lain: budidaya dan penyulingan minyak kayu putih, budidaya sutra alam, penangkaran rusa, Sendang Mole, dan lokasi perkemahan yang nyaman serta cocok untuk kegiatan outbond.




Sedangkan kawasan hutan Wanagama yang memiliki luas 600 ha merupakan hutan buatan dan sebagai pola percontohan untuk mengembangkan hutan serbaguna khususnya dalam mengatasi lahan kritis dan penghijauan.
Di kawasan hutan Wanagama juga terdapat Museum Kayu yang unik dan menarik karena terdapat aneka ragam peralatan kayu yang sudah tua umurnya, yaitu barang-barang antik dan langka serta beragam. Di sebelah barat mengalir Sungai Oya yang menambah kesejukan kawasan Rest Area Bunder.

 

Wisata Sejarah

STASION RADIO AURI PC-2
Radio AURI memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Melalui  stasiun radio AURI  itu, berita tentang perjuangan bangsa Indonesia dapat tersebar luas ke mancanegara. Tentu saja dampaknya sangat luas, Sehingga dunia internasional mengetahui tentang Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Bahkan tokoh perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara pernah berkomentar, kalau tidak ada PHB AURI, maka Pemerintah Republik Indonesia saat itu tidak ada artinya.



Peranan radio AURI dimulai saat para pejuang menguasai beberapa mobile transmitter, yang terus-menerus mengikuti perjuangan. Alat perhubungan ini sangat diperlukan untuk berkomunikasi antara pemimpin pemerintah pusat dan daerah serta dengan dunia internasional.

Pada tanggal 17 Desember 1945, Panglima Divisi III Yogyakarta secara resmi menyerahkan wewenang dan tanggung jawab bidang keudaraan kepada TKR Jawatan Penerbangan, sejak itu pula kegiatan menghimpun kekuatan udara mulai meningkat. Urusan komunikasi dan personil dipercayakan kepada Sabar Wiryonomukti. Ia menghimpun teman-teman yang berpengalaman di bidang komunikasi radio, diantaranya adalah Boediardjo yang diberi tugas menyiapkan sumber daya manusia, khususnya bagi Dinas Perhubungan atau PHB-AURI. Dia memanggil 16 siswa Sekolah Radio Telegrafis di Bugis Malang, untuk dijadikan sebagai tenaga inti PHB-AURI. Dengan  datangnya Adi Soemarmo Wirjokoesoemo, mantan Flight Radio Operator dari The Netherland East Indies Air Force (NIA), kinerja PHB-AURI menjadi semakin baik.

Tanggal 9 April 1946, diterbitkan Penetapan Pemerintah Nomor 6 tentang Pembentukan Angkatan Udara, dan menetapkan Raden Surjadi Suryadarma sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) dengan dua orang wakil yaitu R.Soekarnaen Martokoesoemo dan Adisoetjipto. Dua tahun kemudian Opsir Udara III Boediardjo diangkat menjadi Kepala Jawatan Perhubungan AURI.

Pada saat penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, untuk menduduki ibukota negara serta menangkap pemimpin bangsa, Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat mengirimkan sebuah pesan. Pesan berbentuk radiogram tersebut kemudian disampaikan ke seluruh stasiun radio AURI yang ada di Indonesia oleh Sabar Wijoyomukti melalui stasiun  radio AURI yang terdapat di Terban Taman Yogyakarta.

Bunyi pesan tersebut adalah: “PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI YOGYA DIKEPUNG MUSUH DAN TIDAK DAPAT MELAKUKAN TUGAS KEWAJIBANNYA (KOMA) TETAPI PERSIAPAN TELAH DIADAKAN UNTUK MENERUSKAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DI SUMATERA (TTK) APAPUN YANG TERJADI DENGAN ORANG-ORANG PEMERINTAH YANG ADA DI YOGYAKARTA (KOMA) PERJUANGAN DITERUSKAN (TTK HBS)”.
Selesai pengiriman berita itu, stasiun radio AURI di Terban Taman dihancurkan oleh Boediardjo, guna melindungi para pejuang dari serbuan Belanda. Para pejuang itu kemudian pergi ke luar kota untuk menghimpun kekuatan dan bergerilya melanjutkan perjuangan.

Di desa Dekso, Kulonprogo, tempat para pejabat militer berkumpul untuk melakukan koordinasi, didirikan Markas Besar Komando Djawa dikenal dengan sebutan MBKD, pimpinan Nasution. Sedangkan di Sumatra berdiri Markas Besar Komando Sumatra (MBKS) di bawah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dipimpin Mr. Syafruddin Prawiranegara.

Setelah bergabung dalam MBKD, Opsir Udara III Boediardjo yang masih menjabat sebagai Kepala Perhubungan AURI berusaha meyakinkan Pimpinan MBKD. Bahwa ia dapat melakukan hubungan komunikasi dengan Markas Besar Komando Sumatra dan markas komando lainnya. Pada waktu itu AURI masih memiliki sekitar 39 stasiun radio yang tersebar di berbagai tempat.

Awal Januari 1949 Boediardjo bersama anak buahnya, dibantu Basir Surya dan Sersan Udara Soeroso, masing-masing Komandan dan Kepala Bagian PHB Lapangan Terbang Gading, mendirikan sebuah stasiun radio rahasia di Desa Banaran, Kecamatan Playen. Radio pemancar yang digunakan adalah tipe People Cooperation (PC-2).

Peralatan stasiun radio AURI, dengan callsign PC-2, diletakkan di dapur rumah keluarga petani milik Almarhum Pawirosetomo. Pembangkit listrik disembunyikan di tungku tanah dan ditutupi kayu bakar. Sedangkan antenanya direntangkan pada dua batang pohon kelapa, dipasang hanya pada malam hari untuk melakukan siaran. Sedangkan pada pagi hari perlengkapan tersebut disembunyikan agar tidak diketahui Belanda.

Kekompakan dan dukungan penduduk setempat turut membantu dalam melaksanakan tugas penyiaran dan merahasiakan keberadaan stasiun radio PC-2. Terutama keluarga istri Pawirosetomo dan kedua anaknya, yang selalu membantu para pejuang dalam melaksanakan tugas.

Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pertukaran informasi tentang kegiatan-kegiatan para pejuang di Jawa maupun di Sumatera serta menyiarkan keberhasilan perjuangan ke luar negeri. Salah satu prestasi stasiun PHB-AURI PC-2 Playen adalah keberhasilannya menyiarkan berita tentang Serangan Umum 1 Maret 1949. Siaran berita itu dilaksanakan pada pukul 02.00 WIB tanggal 2 Maret 1949, ke seluruh jaringan radio AURI bahkan sampai ke PBB.

Berita tersebut dikirimkan oleh Sersan Basukihardjo, seorang operator stasiun PHB AURI PC-2 Playen, dan diterima oleh Sersan Udara Kusnadi operator radio Bidar Alam. Keesokan harinya, 3 Maret, berita tersebut dilaporkan oleh Opsir Udara III Dick Tamimi dan Unsur Said kepada Ketua PDRI Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Berita tersebut segera dikirim ke stasiun-stasiun radio “NBM” Tangse, “ZZ” Kototinggi. Melalui radio “NBM” Tangse berita dikirim ke stasiun radio “SMN” di Rangoon kemudian dilanjutkan ke New Delhi dan perwakilan RI di PBB di Washington, Amerika. Pejabat perwakilan RI di PBB membeberkan berita itu di depan sidang Dewan Keamanan PBB pada tanggal 7 Maret 1949, sehingga membuka mata dunia terhadap keberadaan perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Sumardjono, ahli waris Pawirosetomo, kemudian mewakafkan tanah pekarangan beserta rumah joglonya untuk dijadian Monumen Radio PHB AURI PC-2 Playen yang diresmikan pada tanggal 10 Juli 1984 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Situs Megalitik Sokoliman
Terletak di Dusun Sokoliman II Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo. Situs ini terbentuk pada periode prasejarah berupa menhir, fragmen menhir dan dinding kubur batu. Tahun 1934 Jl Moens dan Van der Hoop mengadakan penelitian di situs ini dan menemukan bekal kubur yang berbentuk manik-manik, aalat-alat besi, fragmen gerabah dan benda-benda perunggu.



Tahun 1989 BP3 (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) Provinsi DIY melakukan pembenahan dan mengumpulkan menhir yang berserakan. Masyarakat sekitar menyebut situs ini dengan nama ” Kuburan Budho”.
Dalam masa megalitik, menhir merupakan perwujudan tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan sebagai media pemujaan kepada roh nenek moyang. Budaya megalitik Sokoliman mempunyai keistimewaan terutama pada menhirnya, yaitu pada bagian atas dipahat raut muka manusia.

Menhir ditemukan di tanah lapang Sokoliman. Batu tersebut diperkirakan tempat pemujaan manusia pada masa itu dan simbol kekuasaan atau kejadian tertentu, misalnya perang. Jumlah batu cukup banyak sekitar 140 buah. Lima diantaranya lebih besar dari yang lain, dan ini disebut Saka Lima yang artinya tiang yang jumlahnya lima serta ditengarai sebagai asal mula nama Sokoliman.

 Situs Megalitik Gunungbang
Terletak di kawasan dusun Gunungbang, desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Artefak yang tedapat pada situs ini adalah peti kubur batu, yang berukuran panjang 100 cm, lebar 75 cm dan diameter lubang 15 cm. Hal ini berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian.

Makam Bupati Pontjodirjo
Bangunan periode Islam ini terletak di Dusun Kerjo I Desa Genjahan Kecamatan Ponjong. Pontjodirjo adalah Bupati I yang pada waktu itu ibukota kabupaten berkedudukan di Ponjong.

Bupati Mas Tumenggung Pontjodirjo menjadi bupati pertama di Kabupaten Gunungkidul, namun tidak lama menjabat karena adanya penentuan batas-batas daerah Gunungkidul antara Sultan Yogyakarta dengan Mangkunegara II pada tanggal 13 Mei 1831. Maka Gunungkidul (tanpa Kecamatan Ngawen) telah menjadi kabupaten. Mas Tumenggung Pontjodirjo diangkat oleh Pangeran Sambernyawa. Beliau digantikan oleh bupati dari Kasultanan Yogyakarta sebagai bernama Mas Tumenggung Prawirosetiko, yang akhirnya mengalihkan ibukota kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.
 

Kesenian

Kesenian

Wayang
Di Kabupaten Gunungkidul berdasarkan cara pertunjukan dan jenis ceritanya terdapat 3 jenis, Wayang kulit, Wayang Orang dan Wayang Beber, satu-satunya kesenian wayang beber terdapat di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo Kecamatan Karangmojo.
Berbeda dengan wayang kulit, wayang beber merupakan sebuah pertunjukan dimana wayangnya hanya berupa lukisan di atas selembar kain yang panjang. Pada kain yang digulung itu digambarkan masing-masing adegan yang dibuka (dibeber) satu persatu sesuai dengan narasi yang dituturkan oleh sang dalang. Hanya ada satu cerita, yaitu Cerita Panji, yang dilukiskan dalam 29 adegan. Durasi pertunjukan sekitar 3 jam. Musik pengiring berupa: Kendang, rebab, kenong dan gong.


Reog
Salah satu atraksi kesenian tradisional Gunungkidul adalah Reog, yang merupakan jenis kesenian rakyat yang bermuara dari cerita Panji dan biasanya dimainkan oleh 10 orang, yang terdiri dari Penthul dan Tembem, prajurit udeng gilig, prajurit kuda kepang, penongsong dan para prajurit, dengan iringan musik kendang/ dhodok, bendhe, kecrek dan angklung.


Campursari
Campursari merupakan suatu musik asli dari Gunungkidul. Musik ini diperkenalkan oleh Manthous (seorang penulis lagu campursari sekaligus penyanyi dari Kecamatan Playen). Musik ini merupakan perpaduan musik tradisional dan modern dengan tangga nada yang berbeda, yaitu penthatonis (karawitan) dan diatonis.

Tayub

Salah satu kesenian tradisional yang menjadi ciri khas Kabupaten Gunungkidul adalah Tayub, yaitu penari wanita (yang biasa disebut ledhek) yang menari sambil diiringi musik gamelan untuk menghibur penonton dengan tarian dan kemudian mengajak penonton untuk ikut menari. Tayub disajikan dalam upacara-upacara adat, sebagai sarana untuk memohon keselamatan, kesuburan, datangnya hujan dan menyampaikan rasa syukur atas karunia Sang Maha Pencipta.

Kethek Ogleng
Merupakan drama tari rakyat yang berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, yang disajikan setelah masa panen.
Pertunjukan ini tokoh utamanya memang menggambarkan seekor kera (Jawa: kethek, berujud manusia yang identik dengan tokoh Hanoman dalam pewayangan. Tema ceritanya berkisar salah satu fragmen dalam siklus cerita Panji. Penari laki-laki berbusana kera putih yang digambarkan pandai berbicara dan menyanyi, dan tiga penari wanita. Salah satu penari itu berperan sebagai Endang Loro Tompe, yang tak lain merupakan penyamaran dari Dewi Sekartaji dalam upaya mencari suaminya, Panji Seputra.

Rinding Gumbeng

Merupakan seni musik yang menjadi bagian dari sebuah ritual panen. Rinding dipandang mempunyai kekuatan magis untuk mendatangkan sosok imajiner Dewi Sri. Kesenian ini dipercaya lahir jauh sebelum warga Gunungkidul  mulai mengenal logam. Seni yang lahir dari kreativitas naluriah, dari paduan rasa yang dijiwai semangat holobis kuntul baris-kebersamaan. Mereka menciptakan alat musik rinding dan gumbeng dari bambu yang banyak tumbuh di sekitar permukiman penduduk. Rinding gumbeng saat ini hanya bisa ditemui di Dusun Duren Desa Beji Kecamatan Ngawen

Wisata Hutan

Hutan Wonosadi dan Gunung Gambar PDF Cetak
   

Hutan Wonosadi
Hutan Wonosadi dan Gunung Gambar merupakan dua obyek wisata alam yang letaknya berdekatan dan pada saat-saat tertentu secara bersamaan, masyarakat setempat melaksanakan upacara adat “SADRANAN” secara meriah. Hutan Wonosadi merupakan hutan yang terletak di lereng perbukitan di Desa Beji Kecamatan Ngawen, sekitar 18 km dari Wonosari. Hutan yang kaya dengan pohon-pohon langka sampai saat ini masih sangat terjaga kelestariannya.
Gunung Gambar dengan ketinggian 200 mdpl, merupakan obyek wisata spiritual yang berada di Desa Jurangjero Kecamatan Ngawen. Dari puncaknya kita dapat menikmati keindahan Rawa Jombor di Klaten dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Sambar Nyowo selama berperang melawan Belanda. Di tempat ini, beliau duduk di atas batu (Watu Kong) yang sampai sekarang masih terlihat di Gunung Gambar, menyusun strategi untuk melawan Belanda, yang kemudian menjadi penguasa Mangkunegaran Surakarta dengan gelar KGPAA Mangkunegara I.


Kesenian yang menarik di daerah ini adalah kesenian “RINDING GUMBENG” yaitu kesenian dengan menggunakan alat musik dari bambu kecil dan sederhana, namun apabila dimainkan akan muncul suara musik yang bagus, enak didengar dan sangat khas.

Rimbunnya pohon-pohon di Hutan Wonosadi masih terjaga dengan adanya kearifan lokal masyarakat adat Wonosadi


Tiga pohon asem jawa yang usianya ratusan tahun.

Wisata Kast

Kawasan Karst Pegunungan Sewu PDF Cetak
 

Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur. Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.
Kabupaten Gunungkidul memiliki luas kawasan karst 13.000 km². Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut. Bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst.
Fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.


Keunggulan tersebut menjadi model yang besar bagi Kabupaten Gunungkidul untuk mengembangkan pariwisata melalui pengelolaan potensi daerah dengan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. Sehingga pada tanggal 6 Desember 2004 di Kabupaten Gunungkidul Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan wilayah Gunung Sewu dan Gombong Selatan sebagai kawasan Eko karst.
Sumberdaya Pariwisata Karst Kabupaten Gunungkidul banyak ragamnya dan memiliki keunikan serta nilai ilmiah tinggi baik berupa pantai pasir putih yang telah berkembang sebagai wisata masal (mass tourism), wisata minat khusus petualangan seperti panjat tebing (di Pantai Siung, Seropan dan Watu Gupit), susur goa (Cerme, Seropan, Bribin, Grubug, Jomblang dan Kalisuci). Wisata sejarah dan religius (Goa Rancang Kencono, Goa Braholo dan Goa Maria Tritis).




Lembah Karst Mulo
Secara administrasi obyek geowisata karst Lembah Mulo terletak di desa Mulo Kecamatan Wonosari, dan dapat dicapai dengan mudah hanya berjarak 5 km dari kota Wonosari.
Lembah Mulo merupakan salah satu obyek amatan karst yang unik karena merupakan bentukan depresi (lembah) dalam ukuran cukup luas yang mengalami runtuhan ratusan tahun lalu. Kawasan ini merupakan kawasan yang ideal untuk dijadikan Centre of Geotourism Activities Kawasan Karst Gunungkidul, karena selain unik juga dari sisi aspek keruangan sangat strategis yaitu berada di jalur utama wisata Kabupaten Gunungkidul dan terletak di zona tengah kawasan karst Gunungkidul.



Kalisuci
Terletak di Desa Pacarejo Kecamatan Semanu, dengan jarak 12 km dari Wonosari. Keunikan yang dijumpai adalah fenomena bentukan bentang alam, karst permukaan berupa bentukan depresi yang runtuh yang membentuk goa-goa vertikal dan bentukan positif berupa bukit karst berbentuk kerucut, sedangkan bawah permukaan berupa aliran sungai bawah tanah yang mengalir melalui goa-goa horisontal yang merupakan suatu sistem aliran sungai bawah tanah yang saling berhubungan satu-sama lain di kawasan karst Gunungkidul.
Di kawasan ini wisatawan dapat melakukan aktivitas susur goa dengan menggunakan peralatan khusus seperti perahu karet, tali, dan lain-lain. Wisatawan juga dapat menikmati keindahan goa kalisuci dengan stalaktit dan stalakmit, keindahan dan kesejukan yang menyatu serta petualangan yang penuh tantangan.







Telaga Suling / Bengawan Solo Purba
Terletak di desa Songbanyu dan desa Pocung, Kecamatan Girisubo, dengan jarak sekitar 50 km dari kota Wonosari. Telaga Suling berupa lembah yang letaknya dekat dengan Pantai Sadeng.Telaga Suling diyakini pada zaman dulu sebagai muara sungai Bengawan Solo purba dengan pemandangan yang indah dan sejuk karena dikelilingi bukit-bukit.
Di lokasi ini sangat cocok untuk kegiatan tracking atau jelajah wisata. Dalam perjalanan menuju Pantai Sadeng, jalur aliran sungai Bengawan Solo purba bisa dinikmati pemandangannya. Bekas aliran tersebut berupa dataran rendah yang diapit dua perbukitan tinggi, yang kini menjadi lahan pertanian, sejauh 7 km ke arah utara hingga wilayah Pracimantoro Kabupaten Wonogiri.

Wisata Pantai dan Gunung

Wisata Pantai

Pantai Baron

Pantai Baron merupakan pintu gerbang masuk kawasan obyek wisata pantai. Pantai ini dikelilingi bukit-bukit kapur yang diatasnya terdapat jalan setapak dimana wisatawan dapat menikmati keindahan laut yang luas dan khas. Di sebelah barat, terdapat muara air sungai bawah tanah (air tawar) sehingga ada suatu tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Ciri khas pantai Baon adalah banyaknya aneka ikan laut segar maupun siap saji termasuk menu spesial Baron yaitu Sop ikan Kakap. Masyarakat nelayan setempat biasa melaksanakan Upacara Sedekah Laut yang dilakukan rutin tiap bulan Suro (penanggalan Jawa). Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas panen ikan yang melimpah dan permohonan keselamatan dalam mencari ikan di laut. Fasilitas yang telah tersedia antara lain: Hotel kelas melati, Warung makan, kios-kios cinderamata, panggunung terbuka. serta gedung pertemuan.

Pantai Krakal

Merupakan pantai yang luas dan terpanjang dinatara 7 pantai lainnya dalam satu kawasan, terletak 2 km sebelah Timur pantai Drini. pasir outih yang membentang berkilauan sepanjang pantai, sangat cocok bagi wisatawan yang ingin menikmati udara laut sambil jogging, ataupun mandi/berenang di pantai sambil menikmati keindahan dan mencari aneka biota laut, dengan membawa jaring kecil yang banyak dijual disana. Pada waktu-waktu tertentu ada suguhan atraksi wisata di panggung terbuka dipinggir pantai. Fasilitas tersedia antara lain Hotel Melatio, warung makan

Pantai Kukup


Pantai Kukup merupakan pantai berpasir putih yang indah dan luas, terdapat aneka biota laut terutama ikan hias yang dijual oleh beberapa pedagang di pinggir pantai maupun dipelihara di Gedung Aquarium Laut dekat pantai. Di sini juga terdapat sebuah pulau karang kecil yang diatasnya terdapat gardu pandang untuk menikmati keindahan laut. Fasilitas yang adaantara lain: sebuah pendopo utnuk acara pertemuan, Pondok Wisata, Hotel Melati, Waung makan dan kios pedagang cinderamata, ikan laut hias, iakn siap saji dan pedagnag buah-buahan. Masyarakat Nelayan setempat juga melaksanakan upacara sedekah laut dalam waktu bersamaan dengan nelayan pantai Baron

Pantai Sepanjang

Pantai Sepanjang merupakan rangkaian dari Pantai Baron dan Kukup terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 2 km di sebelah timur Pantai Kukup. Dengan hamparan pantainya yang berpasir putih cocok sebagai kawasan otorita wisata eksklusif, sangat ideal untuk berjemur menikmati hangatnya sinar mentari dan merupakan pantai konservasi yang pada waktu tertentu biasa dipakai tempat pendaratan penyu laut untuk bertelur.

Pantai Drini

Pantai Drini terletak di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 1 km ke arah Timur dari Pantai Sepanjang. Keistimewaan pantai ini terdapat pulau karang yang tumbuh pohon Drini dan konon kayunya dapat dipakai sebagai penangkal ular berbisa.

Pantai Sundak

Terletak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus, sekitar 1 km ke arah timur dari pantai Krakal, panorama alam hijau menyatu dengan dengan suasana desa pantai yang nyaman sangat cocok untuk tempat bersantai dan biasa digunakan sebagai ajang lokasi perkemahan bagi wisata remaja.

Pantai Ngandong

Terletak di Desa Sidoarjo, Kecamatan Tepus, sekitar 500 m di sebelah barat Pantai Sundak merupakan pantai landai yang berpasir putih. Masih satu kawasan dengan Pantai Ngandong atau tepatnya di Watu Lawang, terdapat rumah singgah Komunitas of Roader (CRAB) dengan fasilitasnya etara hotel berbintang lima, antara lain dilengkapi dengan ruang pertemuan, Spa dan lain-lain, sangat nyaman untuk tempat bersantai dan berakhir pekan.

Pantai Siung


Pantai ini terletak di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, berjarak sekitar 35 km dari Wonosari dengan prasarana jalan aspal sampai tebing pantai. Pantai Siung merupakan cekungan laut yang diapit dengan dua bukit dengan tebing spesifik sehingga memungkinkan sebagai lokasi olah raga panjat tebing dan merupakan surga bagi para "climber" karena memiliki kurang lebih 250 jalur pemanjatan dengan didukung oleh panorama laut yang indah, merupakan keasyikan tersendiri memanjat tebing dengan diiringi debur ombak dan hembusan angin laut yang menyegarkan. Disini pernah diselenggarakan Asian Climbing Gathering (olah raga panjat tebing tingkat Asia) yang diikuti oleh 80 peserta dari 15 negara di Asia, diantaranya Thailand, Jepang, China, Malaysia, dll. Serta terdapat terasering lahan pertanian yang disekelilingnya hidup sekumpulan primata (kera ekor panjang).

Pantai Wediombo


Pantai Wediombo merupakan pantai alami dengan panorama yang sangat indah, terletak di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, sekitar 40 km arah tengara kota Wonosari. Pantai berbentuk teluk dan landai dengan hamparan pasir putih, dapat dilihat secara terbuka baik dari atas perbukitan maupun dari pesisir pantai, sehingga memungkinkan wisatawan untuk menikmati panorama sunset yang sempurnama, selain itu juga udara pantainya ejuk menyegarkan dipercaya dapat membantu penyembuhan penyakit asma. Bagi wisatawan yang hobi memancing dapat dilakukan di tempat ini dimana pada saat tertentu banyak ikan Panjo yang muncul di sepanjang pantai. Satu tahun sekali di pantai digelar adat budaya Ngalangi yaitu upacara prosesi menangkap ikan dengan cara menggunakan gawar yang terbuat dari akar pohon wawar yang menjalar sebagai jaring yang dipancangkaan dari bukit Kedungdowok dan dihalau bersama-sama ke laut oleh masyarakat setempat. Dalam satu kaawsan dengan pantai ini terdapat Pantai Gremeng, Pantai Jungwok dan Pulau Kalong (sebuah pulau kecil yang dihuni ribuan kalong) yang dapat dicapai dengan tracking sekitar 1,5 km ke arah timur.

Pantai Sadeng


Pantai Sadeng terletak di Desa Songbanyu dan Desa Pucung, Kecamatan Girisubo, berjarak sekitar 46 km dari Wonosari. Terdapat Telaga Suling yaitu lembah yang diyakini dahulu sebagai muara sungai Bengawan Solo Purba. Pantai ini juga dikenal sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)yang bertaraf nasional dan merupakan penunjang pengembangan perikanan laut di Yogyakarta. Wisatawan dapat menikmati sajian masakan ikan laut atau membawa ikan laut segar sebgai oleh-oleh dengan harga terjangkau.

Pantai Ngrenehan

Terletak di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari kurang lebih 30 km di sebelah selatan kota Wonosari. Suatu pantai berupa teluk yang dikelilingi hamparan perbukitan kapur dan memiliki panorama yang sangat memukau dengan deburan ombak menerpa pasir putih. Para wisatawan dapat menyaksikan aktivitas kegiatan nelayan dan menikmati ikan siap saji atau membawa ikan segar sebagai oleh-oleh. Masih dalam satu kawasan Pantai Ngrenehan kurang lebih 1 km di sebelah barat terdapat Pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan. Setiap bulan purnama pada hari raya Nyepi di Pantai Ngobaran di laksanakan Upacara Melasti.


Wisata Gunung
Gunung Nglanggeran PDF Cetak
  

Gunung Nglanggeran terletak di kawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul dengan ketinggian antara 200-700 mdpl, tepatnya di desa Nglanggeran Kecamatan Patuk dengan jarak tempuh 22 km dari kota Wonosari. Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Dari hasil penelitian dan referensi yang ada, dinyatakan gunung Nglanggeran adalah gunung berapi purba, yang keberadaanya jauh sebelum terbentuknya Gunung Merapi di Kabupaten Sleman.


Gunung api purba ini terbentuk pada sekitar 60 juta tahun lalu itu. Nama Nglanggeran berasal dari kata planggaran yang bermakna setiap perilaku jahat pasti ketahuan. Ada pula yang menuturkan, nama bukit berketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini dengan kata langgeng artinya desa yang aman dan tentram. Selain sebutan tersebut, gunung yang tersusun dari banyak bebatuan ini dikenal dengan nama Gunung Wayang karena terdapat gunung/bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Menurut kepercayaan adat jawa Gunung Nglanggeran dijaga oleh Kyi Ongko Wijaya dan Punakawan. Punakawan dalam tokoh pewayangan tersebut, yaitu : Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong.
Kepercayaan lain menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran sebagai Gunung Wahyu karena gunung tersebut diyakini sebagai sarana meditasi memperoleh wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa. Air dari gunung Nglanggeran sering diambil abdi dalem dari Kraton Yogyakarta sebagai sarana mohon ketentraman dan keselamatan semua masyarakat DIY. Tak heran, sebagian orang masih mengeramatkan gunung tersebut. Pada malam tahun baru Jawa atau Jumat Kliwon, beberapa orang memilih semedi di puncak gunung  ini.